Minggu, 06 Juni 2010

AIR PENGGANTI BBM

BAHAN bakar air? Kedengarannya aneh. Maka wajar jika menimbulkan pertanyaan. Namun jika umat Islam memahami makna-makna yang terkandung di dalam Alquran, sebenarnya hal itu bukanlah sebuah kemustahilan. Seperti disebut Rektor Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY) Dr Khoiruddin Bashori, berasal dari mencerna apa yang termaktub di dalam Surat At-Thur (6) yang mengatakan ‘perhatikan laut yang berapi’, Surat Al-Anbiya’ (30):

‘Dan Kami jadikan dari air segala sesuatu hidup’, serta Surat At-Takwir (6): ‘Dan apabila laut dipanaskan’. Dari surat-surat di Alquran inilah kehadiran bahan bakar air dimulai.

“Tentu dengan melakukan penelitian dan pengembangan yang cukup panjang. Saat ini telah ditemukan teknologi yang mampu memproduksi bahan bakar dengan bahan baku air (hidrofuel). Produk ini hasil penelitian UMY,” jelas Khoiruddin, Selasa (12/2) lalu.

Tentu bukan tanpa alasan bagi UMY dengan kajian dan melakukan penelitian tersebut. Tak semata-mata beratnya beban pemerintah yang terus mengalami defisit anggaran dan tingginya subsidi pemerintah untuk BBM yang terus menanjak. Ttahun 2007 lalu saja, subsidi sudah mencapai Rp 50,64 triliun. Ketika bahan bakar dari minyak bumi dan batubara bukan hanya makin sulit diperoleh namun menyisakan emisi gas yang berbahaya bagi kesehatan, pelbagai alternatif harus dilakukan.

“Fakta ini menimbulkan kesadaran peneliti UMY untuk melakukan eksplorasi terhadap sumber bahan bakar baru,” kata Khoiruddin didampingi Ketua BHK UMY, Achmad Ma’ruf SE MSi.

Karena itu pula, UMY memperkenalkan Banyugeni, hasil penelitian yang dilakukan tim peneliti yang terdiri dari Drs Purwanto, Ir Bledug Kusuma Prasadja MT, Ir Tony K Haryadi MT, Ir Lilik Utari MS dan Dra Nike Triwahyuningsih MP, yang menghadirkan hidrofuel. Hasil penelitian ini setidaknya bisa menjadi jawaban atas `tantangan’ Presiden SBY akan kehadiran bahan bakar air, beberapa waktu lalu. “Produk hidrofuel hasil penelitian UMY ini telah dipatenkan dengan nama Banyugeni,” kata Ma’ruf.

Produk hidrofuel ini memiliki varian berupa hidro-kerosene (setara minyak tanah), hidro-diesel (setara solar), hidro-premium (setara bensin) dan hidro-avtur (setara bahan bakar jet). Ke depan, sebut Ma’ruf, akan dikembangkan produk lain yang memiliki keunggulan lebih dari varian yang ada saat ini. “Produk ini sudah diuji PT CoreLab Indonesia, sebuah laboratorium internasional yang independen. Hasilnya, ke-4 varian banyugeni telah memenuhi standar Ditjen Migas,” tambah Ma’ruf.

Hasil ujicoba menunjukkan jika hidro-kerosene dapat langsung digunakan untuk menyalakan kompor minyak tanah, lampu minyak atau petromak. Hidro-diesel dapat langsung digunakan pada mesin diesel atau mobil dengan bahan bakar solar. Sementara, hidro-premium dapat langsung digunakan pada mobil, motor dan mesin berbahan bakar bensin serta pesawat aeromodeling. Sementara, hidro-avtur telah diujicobakan pula pada mesin berbahan bakar jet (jet-fuel), misal untuk pesawat aeromodeling.

Penelitian ini memang akan terus dikembangkan. Tidak hanya pada level laboratorium namun menurut Kepala BHK UMY juga level industri. “Sehingga akan dapat memenuhi kebutuhan energi sektor transportasi, sektor industri dan sektor rumahtangga dengan harga murah,” kata Ma’ruf. Apalagi bahan bakar ini juga bisa dikatakan tidak merusak.

Seperti pengujian terhadap hidro-kerosene memperlihatkan bahwa bahan bakar rakyat tersebut selain tidak korosif, tidak beracun dan tidak beremisi bahkan tidak meninggalkan asap jelaga yang berlebihan. Seperti dalam pengujian untuk hidro-premium hasilnya menunjukkan sangat tidak korosif atau tidak menyebabkan karat, skala copper strip corrosion 1a. Juga tidak meninggalkan residu karena hanya 0,5%vol dari maksimal 2,0%vol yang diizinkan.

“Selain itu kandungan bahan pencemar dari emisi bahan bakar ini sangat rendah. Antara lain kandungan sulfur hanya 0,03%wt dari maksimal 0,05%wt yang diizinkan. Sedang kandungan timbale (Pb) hampir nol dari maksimal 0,013 yang diizinkan,” jelas Ma’ruf.

Ma’ruf dan juga Khoiruddin mengakui, implikasi produk ini sangat luas. Pengurangan beban biaya produksi semua sektor dan secara langsung bisa menghemat anggaran untuk subsidi BBM. “Yang paling penting, ini bisa dimanfaatkan sebesar-besarnya untuk kemakmuran dan kesejahteraan rakyat Indonesia, bukan untuk kepentingan kelompok apalagi golongan,” jelas Khoiruddin Bashori.

Pengganti BBM

Akhir pekan ini, harga minyak dunia menembus angka US$ 126 per barel. Harga minyak yang membubung itu bikin subsidi melambung. Pemerintah pun menjadi bingung. Sungguh beban yang amat berat bagi pemerintah yang sekarang ini terus mengalami defisit anggaran.

Sementara kabar mendung itu berembus, titik terang datang dari Yogyakarta. Tim peneliti dari Pusat Studi Pengembangan Energi Regional Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY) berhasil melakukan riset bahan bakar berbahan dasar air. Hasil penelitian itu berupa bahan bakar pengganti minyak tanah, solar, bensin, dan avtur.

Atas penemuan itu, UMY telah mengadakan launching tentang bahan bakar yang dinamai Banyugeni. “Pada saat ini sedang dalam masa fabrikasi,” kata Rektor UMY, Khoiruddin Bashori.

Khoiruddin menyatakan, hydrofuel sangat menjanjikan sebagai alternatif energi. Bahkan Banyugeni siap diproduksi secara komersial untuk industri dan kepentingan masyarakat luas. “Untuk membantu rakyat kecil,” katanya.

“UMY ingin memberikan hasil penelitian ini untuk seluruh rakyat Indonesia, bahkan dunia. Soal bahan baku, sangat melimpah di sekitar kita,” ia menegaskan. Sebab bahan baku Banyugeni yang paling pokok adalah air. Bisa menggunakan air tawar ataupun air laut.

Sebelumnya, UMY menggelar soft launching kampus UMY, Jalan Ring Road Barat, Bantul, Yogyakarta, 13 Februari silam.

Dalam acara itu dilakukan penyalaan lampu dan kompor minyak menggunakan hydro-kerosene (pengganti minyak tanah) Banyugeni. Nyala lampu maupun kompor normal dan tidak menimbulkan asap jelaga berlebihan.

Untuk hydro-diesel (kembaran solar) dan hydro-premium (setara bensin), percobaan dilakukan dengan menggelontorkannya ke tangki traktor dan sepeda motor. Ketika traktor distarter, asap hitam mengepul dari cerobong traktor saat pertama kali menyala, selanjutnya bening. Knalpot sepeda motor juga tidak menimbulkan asap lengas.

Sedangkan hydro-avtur (pengganti avtur) juga sudah dijajal di Lembaga Pendidikan dan Latihan Penerbangan Surakarta, menggunakan pesawat ultra-ringan tipe Jora, pada 11 Februari 2008. Mesin Rotax 582 yang dipakai pesawat ringan tersebut ternyata mudah beradaptasi dengan hydro-avtur. UMY memperoleh surat resmi dari lembaga tadi yang menyebutkan bahwa hydro-avtur Banyugeni bisa digunakan untuk menerbangkan pesawat. “Dalam surat itu juga disebutkan, baik untuk start engine maupun power memuaskan,” kata Khoiruddin.

Uji coba berlangsung lancar. “Penelitian ini menggunakan air laut karena kalau menggunakan air tanah akan berbenturan dengan kepentingan manusia,” tutur Purwanto, seorang peneliti. Dia menjelaskan, pada hakikatnya air (H2O) adalah api. Jika atom 2H20 terpecah menjadi 2H2 dan O2, maka H2 bisa menyala, bahkan bisa meledak. Sedangkan O2 merupakan komponen pembakar.

“Tak ada api tanpa oksigen. Dari teori seperti ini, maka bukan hal aneh membuat bahan bakar dengan bahan dasar air. Jika temuan ini diproduksi secara massal, persoalan bahan bakar bukan lagi masalah utama di negeri kita,” ujar Purwanto optimistis. Selain Purwanto, penelitian juga dilakukan oleh Bledug Kusuma Prasadja, Tony K. Haryadi, Lilik Utari, dan Nike Triwahyuningsih.

Nike Triwahyuningsih menjelaskan bahwa semua jenis air bisa diolah menjadi hydrofuel setelah melalui proses pemurnian air. Air murni merupakan bahan dasar Banyugeni. Untuk memperolehnya, dari satu liter air tanah, setelah dimurnikan, akan diperoleh 0,5 liter air murni. Untuk air laut, volume air murni yang diperoleh bisa lebih banyak.

Limbah hasil proses pemurnian ini pun masih bisa dimanfaatkan, misalnya untuk pupuk atau aspal. Proses pemurnian air ini lazim disebut demineralized water alias demin water. Pertamina juga memproduksi air murni melalui Water Treatment Unit Pengolahan III Plaju, Palembang. Air murni produksi Pertamina Plaju diproses dengan metode pertukaran ion (ion exchange) menggunakan ion exchange resin sebagai media penukar ion.

Ion adalah atom bermuatan listrik positif maupun negatif. Ion dalam permurnian air berfungsi sebagai pengikat mineral. Demin water adalah air murni dengan kandungan mineral sangat kecil. Pertamina Plaju memproduksi 45.270 meter kubik air murni per tahun. Dalam bidang kedokteran, air murni biasanya digunakan untuk mengobati pasien gagal ginjal.

Sedangkan untuk menghasilkan bahan bakar dari air murni, para peneliti memakai teknologi mekanotermal-elektrokemis yang mencakup empat macam proses, yaitu mekanik (gerak), termal (panas), listrik, dan kimiawi. Perpaduan keempat proses itu dengan bahan baku air murni menghasilkan empat produk bahan bakar. Menurut Bledug Prasojo, hydrofuel sangat hemat.

Dari satu liter air murni dapat tercipta bahan bakar yang jumlahnya kurang lebih sama. “Penyusutannya sedikit, sekitar 10%,” ujarnya. Air yang digunakan adalah air biasa atau air tawar. Air laut juga bisa digunakan, tapi harus melewati fase penyulingan terlebih dahulu.

Meskipun terbuat dari air, toh bahan bakar hydro tidak menyebabkan karat (korosif). Kelebihan lain, emisinya sangat rendah. Tidak hanya lewat pantauan indra, melainkan juga melalui uji laboratorium. Produk ini sudah diuji di PT CoreLab Indonesia, laboratorium internasional yang independen. Hasilnya menunjukkan, empat varian Banyugeni telah memenuhi standar Dirjen Migas.

Menurut hasil uji laboratorium, selain tidak korosif, residu pada hydro-premium sangat rendah. Standar baku menetapkan 2,0% volume hydro-premium mencatatkan residu pada nilai 0,5%. Kandungan pencemar lainnya juga tipis. Bahkan kandungan timbalnya hampir nol.

Seperti saudaranya, hydro-avtur juga tidak korosif dan beremisi rendah (total sulfurnya hanya 10% dari maksimal yang dipersyaratkan). Ia juga tidak mudah membeku (freezing point minus 45 derajat celsius). Ketahanan terhadap pembekuan memang penting bagi bahan bakar pesawat. Sebab, jika pesawat terbang tinggi, suhu udara yang mengelus pesawat bisa mencapai minus 25 derajat celsius.

Hydro-diesel juga tidak korosif, beremisi rendah, dan tidak meninggalkan residu berlebihan. Itu pula yang dicatatkan hydro-kerosene. Bahan bakar rakyat itu, selain tidak korosif, juga tak beracun.

Setelah lulus dari rangkaian ujian coba itu, menurut Bledug, penelitian hydrofuel sudah final. Namun, untuk memproduksi secara massal dan komersial, ada serangkaian proses lebih lanjut. Tentu harus pula melibatkan pabrikan yang bisa memasok bahan baku air murni.

“Harus melalui perhitungan-perhitungan rumit. Tim peneliti harus berkumpul lagi dan merumuskan rancangan-rancangannya,” Bledug menegaskan. (banyugeni.com/gtr)

taken from

banyugeni.com

di sini

di sini juga

Tidak ada komentar: